Laman

Thursday, September 28, 2017

My Lucky

Aku pikir saat itu adalah masa-masa terpurukku ketika dia akhirnya menikah dengan yang lain. Segala cara kulakukan agar tidak mengetahui kabarnya, lebih tepatnya berpura-pura tidak tahu. Salahkan hati yang dengan nakalnya masih mencintai milik orang.

Kucoba menyimpan segala kenangan bersamanya dan menutup segala akses yang bisa membuatku terus mengingatnya. Tetapi aku bisa apa saat hatiku tidak ingin kemana-mana, tetap disitu dengan kenangan.

Mungkin dengan mulai menerima orang lain masuk dalam hidupku bisa menggeser sedikit posisinya. Dan ternyata dengan keras kepala aku bisa mengalahkan hati, setidaknya untuk saat itu.

Setahun berlalu, setelah berkali-kali keras kepalaku yang menang namun tak bisa kupungkiri masih dia juara di hatiku. Hingga puncaknya tadi pagi entah kenapa ingin sekali mengetahui kabarnya, kubuka fbnya dan melihat foto dia bersama istrinya dengan status yang mengutip lagu Giselle - Cara lupakanmu.

"Tolong aku yang kini tak bisa kikiskan wajahmu, tatapmu, harummu.. Ajariku cara lupakan semua tentang dirimu.. Dirimu.. Dirimu.. Karna kutak bisa sendiri dan tanpamu.."

Perasaanku mulai tidak enak, memangnya dia ke mana? Pisah atau gimana? Dengan penasaran langsung kubaca komentar-komentar di status itu.
Ya Tuhan!
Astaga!
Hanya itu yang mampu keluar dari mulutku. Air mata entah sejak kapan sudah mengalir.
Kuteruskan membaca status-status yang lain. Dan penyesalan semakin bertambah dalam hatiku. Oh Tuhan, kenapa aku terlalu keras kepala tak mau tahu tentangnya.

Mungkin inilah penyesalan terbesarku. Terlalu cuek sampai tidak mengetahui bahwa dia telah pergi. Pergi untuk selamanya. Aku terlalu sibuk menata hati tanpa peduli kalau di sana dia sedang sakit, tanpa tau di sana dia sudah tak kuat lagi, tanpa sadar kalau diapun sedang berjuang. Dan di sinilah aku dengan kebodohan yang masih saja terus menangis tak menyangka dia telah pergi. Meninggalkan dunia yang kejam ini.

24 April. Lima bulan. Lima bulan yang lalu dia pergi. Lima bulan baru aku tahu kalau dia sudah tak ada. Apa yang aku lakukan selama ini dengan keras kepalaku? Ya Tuhan. Andai saat tahu dia sakit aku tidak berkeras kepala dan pergi menjenguknya, setidaknya... ah sudahlah.

Bagaimanapun, dia telah pergi. Mau gimanapun, waktu tak bisa terulang kembali. Yang tertinggal hanya penyesalan dan hati yang masih meraung.

Kak, kamu tahu kan, dari dulu, dan tidak akan berubah,
Kamulah juara di hatiku.
Selalu.

Selamat jalan kak, tenang di sana. ILU ❤












Wednesday, June 14, 2017

Kehilangan (lagi)

Kehilangan "the only thing on earth that loves you more than he loves himself" 

Kurang lebih 5 tahun, namun kini dia telah pergi.
Hanya sedikit waktu kita habiskan bersama di kehidupannya yang singkat, sebagian besar dia habiskan untuk menungguku pulang ke rumah setiap hari dengan sambutan dan keceriaannya.

Tetapi keceriaanya telah hilang tiga hari yang lalu, tak ada lagi sambutan dan lari-larian kesenangan darinya. Yang ada hanya tatapan bahagia namun tak berdaya melakukan apa-apa.
Dan kini, aku kehilangan semuanya. Raganya pun telah terkubur jauh di dalam sana. Tanpa sempat aku mengucapkan 'I love you, Ello, my lovely dog.' 
 



Tuesday, June 6, 2017

Kepingan Puzzle Kedua

Yang dia inginkan hanya satu,
menjadi ombak.
Bebas mengembara di lautan lepas.
Menggema dengan suara hatinya sendiri.

Bukan pantai,
Dia tidak pernah menyukainya,
sesuatu yang hanya pasrah menunggu kedatangannya.

Yang dia butuhkan hanya satu,
seorang peselancar.
Si antusias yang selalu mencari keberadaannya
Bermain-main tanpa ada ketakutan






Wednesday, May 24, 2017

Kepingan Puzzle Pertama



Laku lembut memperkenalkan cinta
Manis kata menebarkan cinta
Datangnya atas nama cinta

Deru nafas menghidupkan cinta
Memancarkan kesucian sinar mata cinta
Lahirnya atas nama cinta

Katanya semua demi cinta
Pergipun atas nama cinta
Bahkan mengkhianati cinta karena cinta




Monday, May 1, 2017

Getting No Signs Is Also A Sign

Libur seharian ga tau mau ngapain jadinya ngeyutub, iseng-iseng cari gosip tentang Chicco Jerikho, ternyata doi lagi dekat sama Mikha Tambayong. Hm, dekat sama akunya kapan bang? Wk

Lanjut ternyata nemu film doi sama Raisa yang Terjebak Nostalgia. Filmnya udah dari tahun lalu, tapi aku belom pernah nonton, jadinya tadi baru nonton. Ceritanya keren, tapi kesel sama Raisa yang bisa-bisanya masih mencari masa lalunya disaat ada Chicco di depan matanya. Kalo aku jadi Raisa di film itu dari awal aku pasti hanya melihat ke arah Chicco. Hehe.

Ada satu kalimat yang diucapin Reza aka Chicco di film itu yang aku suka banget “Getting no signs is also a sign.
Bener, kadang kita terlalu memaksakan kehendak, pengennya semua berjalan sesuai dengan keinginan kita. Padahal kita tahu, kadang jawaban dari keinginan kita itu berbanding terbalik, bahkan mungkin ada yang mengecewakan.

Seringkali karena tidak puas dengan jawaban yang kita dapatkan, kitapun meminta sebuah pertanda. Karena kita pikir dengan adanya pertanda bisa membuat kita semakin yakin dengan jawaban itu. Dan ada kalanya juga, kita tidak mendapatkan pertanda apapun. Tetapi, seperti yang dikatakan Reza di film itu “Getting no signs is also a sign.”
 
Mungkin itu tandanya agar kita harus bisa menerima dengan ikhlas. Atau mungkin kita harus pasrah dengan takdir(?) dan rancangan Tuhan bagi hidup kita.   

Karena yaahh, apapun jawaban dari keinginan kita, itulah yang terbaik bagi kita. Barangkali belum terlihat segi baiknya saat ini, tetapi seiring berjalannya waktu kita akan mengerti dan melihat maksud dan jalan Tuhan bagi kita.
 
   

Btw, aku juga belom mendapat pertanda apapun tentang cintaku untuk Cello dan Chicco, haruskah aku pasrah? Ah ga deh, berjuang aja belom, masa udah nyerah, ga boleh itu! Haha

Semangat, Win !!!




Tuesday, April 25, 2017

Seandainya...



Seandainya semua seandainya yang terucapkan menjadi kenyataan.
Terlalu banyak seandainya dalam hidup ini, ada harapan yang terkubur dibalik kata itu. Dan banyak juga yang hanya berakhir di seandainya tanpa mampu menjadikannya nyata.

Seperti saat ini, aku duduk bernostalgia sambil menatap langit mendung dan berkata “seandainya...”.

Memang benar yang orang-orang katakan bahwa tidak semua yang dibayangkan bisa menjadi kenyataan. Pada akhirnya seandainya merupakan suatu kata yang hanya bisa diucapkan ketika yang dibayangkan tidak menjadi kenyataan.

Masa lalu gak mungkin bisa diulang lagi. Apalagi masa depan, gak bisa dipastikan. Semua yang terjadi sudah termasuk dalam kehendak Tuhan. Kita hanya bisa berencana, Tuhan yang merestui.

Terlalu banyak seandainya sebenarnya menandakan kita yang gak tau bersyukur.  
Intinya seperti kata D’Masiv :
"Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah. Tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik. Tuhan pasti ‘kan menunjukkan kebesaran dan kuasa-Nya bagi hamba-Nya yang sabar dan tak kenal putus asa.  Jangan menyerah!"


If only...
If only people stopped for a second to appreciate what they have instead of crying for what they haven’t got yet.
If only people looked at the sky instead of looking at the blank of sadness.
If only people were doing what they actually love instead of living a life full of life.
If only people said what they thought instead of wrapping their words and losing their meaning.
If only people were true and kind.
If only people were themselves.
If only.

Anne (soulexplorer13)





Sunday, March 19, 2017

KEMARIN, 18 Maret 2017

Ini cuma curhatan aku tentang hari kemarin, 18 Maret 2017.

Kemarin, diawali dengan bangun jam 5 pagi gegara kebelet boker, haha. Trus aku langsung mandi, setrika pakaian, dan siap siap deh cuss ke kampus.
Bayangin aja, pagi-pagi di hari sabtu yang indah aku ngampus, kurang rajin apa coba.
Haha gak ding, aku ke kampus untuk ikut Psikotest Pertamina.

Jadi critanya tanggal 5 Januari lalu aku daftar Program D3 College Shoping PT Pertamina, trus tanggal 15 Maret aku dapet telpon yang bikin senyum senyum sepanjang hari kek orang yang baru ketemu lagi setelah sekian lama lost contact pas lagi cinta-cintanya, kebayang gak rasanya gimana? Nah, saat itu aku kayak gitu tuh pas udah ditelpon sama mbak mbak dari Pertamina, padahal si mbak cuma nyuruh cek email yang setelah aku cek isinya adalah surat panggilan tes psikologi di kampus.

Jam 7 pagi aku sampai di kampus, bertemu dengan sahabatku dan  teman-teman yang kurang lebih 3 tahun udah gak pernah ketemu sejak lulus kuliah. Masih tetap sama, hangat dan gila seperti dulu. Yang berbeda hanya satu, perjuangan dan tantangan hidup sekarang lebih besar ketimbang 3 tahun lalu. Dan kemarin, kami sama-sama berjuang untuk tantangan yang lebih besar, haha.

Psikotest dimulai jam 8 pagi sampai jam 1 siang. Parahnya aku gak sarapan sama sekali, jadi kalau nanti kalian ada panggilan tes mending sarapan deh biar lebih konsentrasi, jangan kayak aku yang perutnya bunyi berkali-kali dan gedenya ngalahin tenonenot bus 'om telolet om' pas lagi hening-heningnya ngerjain soal.
Awalnya kita disuruh ngisi riwayat hidup setelah itu baru soalnya dibagikan. Lumayanlah, hampir 200 nomor, ada soal deret, hitung-hitungan sederhana, analogi kata, problem solving, logika penalaran, sama tes kemampuan memori.
Setelah itu tes Pauli, itu lho yang ngejumlah-jumlahin angka di selembar kertas koran timbal balik isinya angka semua. Goddamit! Aku sampe pusing banget liatnya. Lanjut lagi dengan tes Wartegg, gambar pohon, gambar orang, yang terakhir tes DISC personality.
Kelar tes kita dikasih snack dan disuruh tunggu pengumuman yang lulus akan langsung tes wawancara psikologi.
Dari hampir 100 orang yang ikut tes, hanya 14 orang yang diyatakan lolos ke tahap wawancara. Dan keputusannya, ternyata kami termasuk ke dalam orang-orang yang kurang beruntung, sedihnya.

Demi menghilangkan kegundahan, aku dan sahabatku mencari pelampiasan. Es teler dan danau pun menjadi pilihan terbaik.
Sambil minum dan curhat-curhat, sahabatku langsung nyanyiin happy birthday ke aku. Bahagiaku sesederhana itu. Walaupun sebelumnya dia udah modus bicarain tentang perpanjang KTP dan minjem KTPku untuk liat tanggal lahir karena dia lupa kapan aku ultah, hahah.
Aku pernah denger orang bilang "biarkan dirimu bahagia, dan jangan menggantungkan kebahagianmu di tangan orang lain." Aku setuju dengan itu, tapi untuk saat ini, terima kasih Ani udah buat aku seneng ditengah kesedihan.



Trus pas sampe rumah, buka FB, dapet kiriman ginian dari sahabat tersayang, Vhya. Paling ngerti deh hahaha





Aku juga sangat beruntung punya keluarga yang sangat peduli, thankiss

Happy Me :D

 


 





FC Bayern Munich