Aku pikir saat itu adalah masa-masa terpurukku ketika dia akhirnya menikah dengan yang lain. Segala cara kulakukan agar tidak mengetahui kabarnya, lebih tepatnya berpura-pura tidak tahu. Salahkan hati yang dengan nakalnya masih mencintai milik orang.
Kucoba menyimpan segala kenangan bersamanya dan menutup segala akses yang bisa membuatku terus mengingatnya. Tetapi aku bisa apa saat hatiku tidak ingin kemana-mana, tetap disitu dengan kenangan.
Mungkin dengan mulai menerima orang lain masuk dalam hidupku bisa menggeser sedikit posisinya. Dan ternyata dengan keras kepala aku bisa mengalahkan hati, setidaknya untuk saat itu.
Setahun berlalu, setelah berkali-kali keras kepalaku yang menang namun tak bisa kupungkiri masih dia juara di hatiku. Hingga puncaknya tadi pagi entah kenapa ingin sekali mengetahui kabarnya, kubuka fbnya dan melihat foto dia bersama istrinya dengan status yang mengutip lagu Giselle - Cara lupakanmu. "Tolong aku yang kini tak bisa kikiskan wajahmu, tatapmu, harummu.. Ajariku cara lupakan semua tentang dirimu.. Dirimu.. Dirimu.. Karna kutak bisa sendiri dan tanpamu.."
Perasaanku mulai tidak enak, memangnya dia ke mana? Pisah atau gimana? Dengan penasaran langsung kubaca komentar-komentar di status itu.
Ya Tuhan!
Astaga!
Hanya itu yang mampu keluar dari mulutku. Air mata entah sejak kapan sudah mengalir.
Kuteruskan membaca status-status yang lain. Dan penyesalan semakin bertambah dalam hatiku. Oh Tuhan, kenapa aku terlalu keras kepala tak mau tahu tentangnya.
Mungkin inilah penyesalan terbesarku. Terlalu cuek sampai tidak mengetahui bahwa dia telah pergi. Pergi untuk selamanya. Aku terlalu sibuk menata hati tanpa peduli kalau di sana dia sedang sakit, tanpa tau di sana dia sudah tak kuat lagi, tanpa sadar kalau diapun sedang berjuang. Dan di sinilah aku dengan kebodohan yang masih saja terus menangis tak menyangka dia telah pergi. Meninggalkan dunia yang kejam ini.
24 April. Lima bulan. Lima bulan yang lalu dia pergi. Lima bulan baru aku tahu kalau dia sudah tak ada. Apa yang aku lakukan selama ini dengan keras kepalaku? Ya Tuhan. Andai saat tahu dia sakit aku tidak berkeras kepala dan pergi menjenguknya, setidaknya... ah sudahlah.
Bagaimanapun, dia telah pergi. Mau gimanapun, waktu tak bisa terulang kembali. Yang tertinggal hanya penyesalan dan hati yang masih meraung.
Kak, kamu tahu kan, dari dulu, dan tidak akan berubah, Kamulah juara di hatiku. Selalu.
Kehilangan "the only thing on earth that loves you more than he loves himself"
Kurang lebih 5 tahun, namun kini dia telah pergi.
Hanya sedikit waktu kita habiskan bersama di kehidupannya yang singkat, sebagian besar dia habiskan untuk menungguku pulang ke rumah setiap hari dengan sambutan dan keceriaannya.
Tetapi keceriaanya telah hilang tiga hari yang lalu, tak ada lagi sambutan dan lari-larian kesenangan darinya. Yang ada hanya tatapan bahagia namun tak berdaya melakukan apa-apa.
Dan kini, aku kehilangan semuanya. Raganya pun telah terkubur jauh di dalam sana. Tanpa sempat aku mengucapkan 'I love you, Ello, my lovely dog.'
Libur seharian ga tau mau ngapain jadinya ngeyutub,
iseng-iseng cari gosip tentang Chicco Jerikho, ternyata doi lagi dekat sama
Mikha Tambayong. Hm, dekat sama akunya kapan bang? Wk
Lanjut ternyata nemu film doi sama Raisa yang Terjebak
Nostalgia. Filmnya udah dari tahun lalu, tapi aku belom pernah nonton, jadinya tadi
baru nonton. Ceritanya keren, tapi kesel sama Raisa yang bisa-bisanya masih
mencari masa lalunya disaat ada Chicco di depan matanya. Kalo aku jadi Raisa di
film itu dari awal aku pasti hanya melihat ke arah Chicco. Hehe.
Ada satu kalimat yang diucapin Reza aka Chicco di film itu
yang aku suka banget “Getting no signs is
also a sign.”
Bener, kadang kita terlalu memaksakan kehendak, pengennya
semua berjalan sesuai dengan keinginan kita. Padahal kita tahu, kadang jawaban
dari keinginan kita itu berbanding terbalik, bahkan mungkin ada yang mengecewakan.
Seringkali karena tidak puas dengan jawaban yang kita
dapatkan, kitapun meminta sebuah pertanda. Karena kita pikir dengan adanya
pertanda bisa membuat kita semakin yakin dengan jawaban itu. Dan ada kalanya
juga, kita tidak mendapatkan pertanda apapun. Tetapi, seperti yang dikatakan
Reza di film itu “Getting no signs is
also a sign.”
Mungkin itu tandanya agar kita harus bisa menerima dengan
ikhlas. Atau mungkin kita harus pasrah dengan takdir(?) dan rancangan Tuhan
bagi hidup kita.
Karena yaahh, apapun jawaban dari keinginan kita, itulah
yang terbaik bagi kita. Barangkali belum terlihat segi baiknya saat ini, tetapi
seiring berjalannya waktu kita akan mengerti dan melihat maksud dan jalan Tuhan
bagi kita.
Btw, aku juga belom mendapat pertanda apapun tentang cintaku untuk Cello dan Chicco, haruskah aku pasrah? Ah ga deh, berjuang aja belom, masa udah nyerah, ga boleh itu! Haha
Seandainya
semua seandainya yang terucapkan menjadi
kenyataan.
Terlalu
banyak seandainya dalam hidup ini, ada
harapan yang terkubur dibalik kata itu. Dan banyak juga yang hanya berakhir di seandainya tanpa mampu menjadikannya
nyata.
Seperti saat
ini, aku duduk bernostalgia sambil menatap langit mendung dan berkata
“seandainya...”.
Memang benar
yang orang-orang katakan bahwa tidak
semua yang dibayangkan bisa menjadi kenyataan. Pada akhirnya seandainya merupakan suatu kata yang
hanya bisa diucapkan ketika yang dibayangkan tidak menjadi kenyataan.
Masa lalu
gak mungkin bisa diulang lagi. Apalagi masa depan, gak bisa dipastikan. Semua
yang terjadi sudah termasuk dalam kehendak Tuhan. Kita hanya bisa berencana,
Tuhan yang merestui.
Terlalu
banyak seandainya sebenarnya
menandakan kita yang gak tau bersyukur.
Intinya
seperti kata D’Masiv :
"Syukuri apa
yang ada, hidup adalah anugerah. Tetap jalani hidup ini, melakukan yang
terbaik. Tuhan pasti ‘kan menunjukkan kebesaran dan kuasa-Nya bagi hamba-Nya
yang sabar dan tak kenal putus asa.Jangan
menyerah!"
If only...
If only people stopped for a second to appreciate what
they have instead of crying for what they haven’t got yet.
If only people looked at the sky instead of looking at the blank of sadness.
If only people were doing what they actually love instead of living a life full
of life.
If only people said what they thought instead of wrapping their words and
losing their meaning.
If only people were true and kind.
If only people were themselves.
If only.
Ini cuma curhatan aku tentang hari kemarin, 18 Maret 2017.
Kemarin, diawali dengan bangun jam 5 pagi gegara kebelet boker, haha. Trus aku langsung mandi, setrika pakaian, dan siap siap deh cuss ke kampus.
Bayangin aja, pagi-pagi di hari sabtu yang indah aku ngampus, kurang rajin apa coba.
Haha gak ding, aku ke kampus untuk ikut Psikotest Pertamina.
Jadi critanya tanggal 5 Januari lalu aku daftar Program D3 College Shoping PT Pertamina, trus tanggal 15 Maret aku dapet telpon yang bikin senyum senyum sepanjang hari kek orang yang baru ketemu lagi setelah sekian lama lost contact pas lagi cinta-cintanya, kebayang gak rasanya gimana? Nah, saat itu aku kayak gitu tuh pas udah ditelpon sama mbak mbak dari Pertamina, padahal si mbak cuma nyuruh cek email yang setelah aku cek isinya adalah surat panggilan tes psikologi di kampus.
Jam 7 pagi aku sampai di kampus, bertemu dengan sahabatku dan teman-teman yang kurang lebih 3 tahun udah gak pernah ketemu sejak lulus kuliah. Masih tetap sama, hangat dan gila seperti dulu. Yang berbeda hanya satu, perjuangan dan tantangan hidup sekarang lebih besar ketimbang 3 tahun lalu. Dan kemarin, kami sama-sama berjuang untuk tantangan yang lebih besar, haha.
Psikotest dimulai jam 8 pagi sampai jam 1 siang. Parahnya aku gak sarapan sama sekali, jadi kalau nanti kalian ada panggilan tes mending sarapan deh biar lebih konsentrasi, jangan kayak aku yang perutnya bunyi berkali-kali dan gedenya ngalahin tenonenot bus 'om telolet om' pas lagi hening-heningnya ngerjain soal.
Awalnya kita disuruh ngisi riwayat hidup setelah itu baru soalnya dibagikan. Lumayanlah, hampir 200 nomor, ada soal deret, hitung-hitungan sederhana, analogi kata, problem solving, logika penalaran, sama tes kemampuan memori.
Setelah itu tes Pauli, itu lho yang ngejumlah-jumlahin angka di selembar kertas koran timbal balik isinya angka semua. Goddamit! Aku sampe pusing banget liatnya. Lanjut lagi dengan tes Wartegg, gambar pohon, gambar orang, yang terakhir tes DISC personality.
Kelar tes kita dikasih snack dan disuruh tunggu pengumuman yang lulus akan langsung tes wawancara psikologi.
Dari hampir 100 orang yang ikut tes, hanya 14 orang yang diyatakan lolos ke tahap wawancara. Dan keputusannya, ternyata kami termasuk ke dalam orang-orang yang kurang beruntung, sedihnya.
Demi menghilangkan kegundahan, aku dan sahabatku mencari pelampiasan. Es teler dan danau pun menjadi pilihan terbaik.
Sambil minum dan curhat-curhat, sahabatku langsung nyanyiin happy birthday ke aku. Bahagiaku sesederhana itu. Walaupun sebelumnya dia udah modus bicarain tentang perpanjang KTP dan minjem KTPku untuk liat tanggal lahir karena dia lupa kapan aku ultah, hahah.
Aku pernah denger orang bilang "biarkan dirimu bahagia, dan jangan menggantungkan kebahagianmu di tangan orang lain." Aku setuju dengan itu, tapi untuk saat ini, terima kasih Ani udah buat aku seneng ditengah kesedihan.
Trus pas sampe rumah, buka FB, dapet kiriman ginian dari sahabat tersayang, Vhya. Paling ngerti deh hahaha
Aku juga sangat beruntung punya keluarga yang sangat peduli, thankiss
BAHAGIA, satu kata saat mendarat di Ambon untuk yang kedua kalinya.
Tapi kali ini adalah pertama kalinya aku ke kampung halaman Opa di Pulau Haruku. Sebuah pulau kecil di Maluku Tengah, tepatnya di sebelah timur Pulau Ambon. Untuk sampai di pulau ini butuh waktu sekitar 15 menit naik speed boat dari Pelabuhan Tulehu, Ambon.
Sumber: http://www.kewang-haruku.org/
Pertama kali denger kata Haruku aku pikir ada sangkut pautnya sama Jepang, padahal gak ada sama sekali. Bahasa aslinya sih Haru-Ukui yang artinya ujung pohon baru/waru.
Pulau Haruku terbagi dua bagian utara dan selatan, yang bagian utara ada Negeri Ruhumoni, Kabau, Kailolo, Pelau, Kariu dan Hulaliu, atau biasa disebut Hatuhaha (batu atas). Kalo yang bagian selatannya ada Negeri Haruku, Samet, Oma, Wasu dan Aboru, biasa disebut Hatulolu (batu bawah).
Sumber: http://betalekry.blogspot.co.id/
Nah, kampungnya opa-ku di Negeri Haruku. Saat speed boad berlabuh di jembatan negeri, yang pertama
kali aku lihat di sebelah kanan adalah patung Mr. Johannes Latuharhary, beliau adalah putra
Haruku yang juga pahlawan nasional dan Gubernur pertama
Maluku. Disamping patung itu ada deretan meriam sisa peninggalan kolonial
Belanda.
Tidak jauh dari situ, ada Gereja yang juga menjadi icon Negeri Haruku yang notabene masyarakatnya beragama Kristen. Gerejanya masih dalam tahap pembangunan, diperkirakan akan selesai dan diresmikan pada tahun 2017 ini.
Jembatan Negeri Haruku
Patung Mr. Johannes Latuharhary, Haruku - Maluku Tengah
Gereja Haruku
Foto Gereja pada saat air surut
Di sisi kiri, bersebelahan dengan Baileo Negeri (kantor
kepala desa), terdapat satu tugu yang menjadi kebanggaan masyarakat adat
Haruku. Patung seekor buaya yang punggungnya terdapat lima ekor ikan
lompa dan pohon simbol kalpataru, penghargaan yang diperoleh Negeri
Haruku pada tahun 1985. Dibawahnya ada simbol Negeri Haruku yang
bertuliskan Pelasona Nanuroko, terdiri dari 3 kata yaitu Pela : persekutuan, sona: taputar/lingkaran, dan nanuroko: baranang lalu loko (berenang kemudian ambil).
Buaya inilah yang menjadi legenda tetang
ikan lompa yang terkenal dengan ritual tutup dan buka sasi lompa. Sasi
lompa adalah larangan untuk mengambil ikan lompa, sejenis ikan sarden, yang berguna untuk menjaga kualitas dan populasi laut sampai ditetapkan satu hari untuk melakukan ritual buka sasi. Dalam
ritual itu seluruh masyarakat dapat menikmati hasil panen ikan lompa
itu. Kebetulan aku juga ikut panen nangkep ikan lompa, seru tapi harus
siap berkotor-kotor ria. Ribuan hasil panen ikan itu tidak dijual, tetapi harus diolah, dikeringkan, dan disimpan untuk bekal selama setahun.
Tugu Kalpataru, Haruku - Maluku Tengah
Aku di sana cukup lama kurang lebih 3 bulan, dari bulan Oktober sampai Desember 2016. Asiknya disana karena tiap hari bisa santai di pantai, pasir putih di sepanjang jalan. Trus bisa sok-sokan hiking jadi anak gunung, sekalian diet sih hehe dan terbukti berhasil, lumayanlah 8 kg ilang.
Asiknya juga masyarakat disana baik banget. Walau suara mereka cukup menggelegar saat berbicara, tetapi mereka sangat ramah dan peduli satu dengan yang lain. Aku paling tertarik pada kebiasaan mereka saat kasi suara (menyapa) kalo ada orang lewat. Hm kayaknya memang begitu gaya hidup masyarakat di kampung, tapi yaaa karena aku baru ngerasain makanya kesenangan sendiri pas disapa. Sebenernya aku kurang terlalu suka berbasa-basi tidak jelas kayak gitu, tapi bagus juga akhirnya mau tidak mau aku jadinya lebih bersosialisasi lagi dengan orang-orang disekitar, hehe.
Tanjung Totu, Negeri Haruku - Maluku Tengah
Sunset di kampung baru, Negeri Haruku - Maluku Tengah
Di Haruku ada populasi burung maleo, salah satu jenis burung yang
sudah mulai langkah. Jumlahnya diperkirakan kurang dari 10 ribu ekor,
jadi ditetapkan menjadi satwa yang dilindungi karena banyak orang yang
suka seenaknya ngambil telurnya. Padahal nih yah, burung ini langsung
pingsan setelah bertelur, karena telurnya besar banget, bisa 5 kali
lebih besar dari telur ayam kampung.
Mata pencaharian utama disana adalah nelayan dan petani cengkeh.
Aku
sempet jadi petani juga, ikutan panen cengkeh. Pada saat musim cengkeh,
orang-orang akan ke hutan dari pagi jam 6, karena hutannya di atas
gunung, dan kembali ke rumah pada sore hari sekitar jam 5.
Awalnya
aku pikir bakalan kuat jalan karena kebiasaan jalan muter-muter di
mall. Tapi kenyataan berkata lain, jalan ke dusunnya opaku butuh kurang
lebih 1 jam dengan medan yang cukup bikin ngos-ngosan. Pertama kali aku
ke dusun aja butuh waktu 2 jam padahal sepupuku yang emang tinggal
disana bisa sampai dalam 30 menit, beda memang.
Maklum ga bisa liat kamera, niatnya foto-foto malah jadi juru foto. Belom lagi papi sama mami foto ala ala prewed di tengah hutan, hm nasib jomblo mah gini.
Ini lagu diciptain sama putra Haruku, yang nyanyi juga orang Haruku.
Lagu ini merangkum semua tentang Haruku, langsung jatuh cinta :)
Tata bilang ada ikang lompa balumpa
Di air cabang dua ya Nona
Di kampong Haruku
Kalau seng percaya
Datang sandiri ale lia
Carita ini sudah nyata
Sio dari doloe....
Singgah di pinggir pante
Ale angka muka
Tiacigi satu tugu ee
MesterJohanes Latuharhary
Pejuang
bangsa
Di
kanan ada buaya tatanam Kalpataru
Sioale
Satu
lambang kebanggaan katong
Benteng
badiri ta miring-miring
Dipukul
omba seng jadi-jadi
Sama
orang bilang balanda mabo ee
Adalai di sana orang bisa
mandi
Di
kolam air panas ee
Bisa
rabus kasbi jadi lombo
Sama
bubur ee
Dan
juga ada karang laut
Bajejer kiri kanan sio ale
Paser putih
Putih
manyala ee
31 Desember, hari terakhir di Ambon dan harus balik ke Makassar. Tahun baru-an di Makassar, padahal pengen rasain tahun baru di Ambon -_-
Niatnya sih, mulai sekarang tiap tahun harus bisa pulang kampung, semoga deehh..
Maluku, I'm gonna back soon :)
Ga berasa udah 2017 aja..
Udah tahun baruan, tapi resolusi masih aja seperti yang dulu..
Masih harus melanjutkan resolusi tahun lalu yang belom tercapai..
Kudu semangat, setrong, and happy hahaha..