Laman

Friday, August 1, 2014

Telah Terganti[kan] *Part 2*

Kupikir, seseorang akan mengetuk perlahan kedua kelopak mataku, lalu menyadarkan aku dari mimpi yang ketinggian.
Nyatanya, ia mengejutkan dengan sebuah kenyataan, bahwa..
Kebahagiaanku selama ini sedang menikmati bahagianya tanpa aku.

Tanda tanya besar mengganggu dalam benakku, sibuk mempertanyakan nyata atau tidak.
Disatu sisi aku merelakan bahagiamu, namun disisi lain bertanya tanya mengapa bukan denganku.
Disatu sisi aku enggan untuk lebih lama menunggu, disisi lain barangkali masih ada harapan untuk kita bersatu.
Ternyata tak semudah itu menjadi rela, meski untuk melihatmu bahagia.

Percuma terus begini.
Toh aku disini, kamu dengannya, kita tak lagi bersama.
Baiknya memang kita tak lagi saling menyapa, sebab sepatah kata darimu mampu memanggil jutaan debar di dadaku.

Aku kah yang terlalu bodoh sehingga tak bisa melihat batas harapan dan kenyataan?

Akankah semua inginku hanya sanggup menjadi angan?
Tak bisakah segalanya jadi kenyataan?
Sebab rasa ini nyata, namun kedekatan kita hanya sebatas ini saja.
Titik akhirnya, memang aku yang harus selalu rela.

Langit, kirimkanlah sedikit demi sedikit hujan kenyataan.
Agar aku bisa berhenti menciptakan khayalan diluar jangkauan.

Aku sendirikah yang terlalu jahat memberi seutuhnya hati untuk rela disakiti?
Atau kamu yang tak mampu menjaga hatiku dengan hati hati sampai retak berkeping keping seperti ini?
Menjaga? Ah, aku salah lagi.

Bukan suatu hal yang sulit, hanya mungkin butuh waktu.
Butuh waktu yang tak sebentar bagi hati untuk merapikan serpihan demi serpihan.
Butuh waktu yang tak sebentar untuk menyadari, bahwa satu satunya jalan adalah dengan membiarkanmu pergi.

Inilah aku, dengan tanpa keberanian untuk mengaku.
Inilah aku, yang menyerah sebelum benar benar memperjuangkan.

Nyatanya tidak perlu ada perjuangan.
Sebab hatimu telah ada yang memenangkan.
Sedangkan aku, hilang separuh dan sisanya lumpuh.

Tidak apa apa.
Memang tak semudah itu meghilangkan rasa.
Tetapi, aku sedang berusaha menyembuhkan hati

Selamat tinggal kamu, sang pelukis merah merona pada pipi.
Selamat bekerja dua kali lipat dari biasanya perban dan betadine hati.





No comments:

FC Bayern Munich